Jumat, 23 September 2016

praktik koloid pada cake kelas XII MULTIMEDIA

PRAKTIKUM KOLOID PADA CAKE
Disusun Oleh

XII MULTIMEDIA
Nama kelompok 3 :
·       Riska Sulastri
·       Habibatul Islamiah
·       Yuliana
·       Khiki Iqroatul Karomah
·       M. Sahrul Hamdan
·       Hairil
·       Saepul  Bahri

SMK NEGERI 1 BATUKLIANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT




PRAKTIK KOLOID PADA CAKE BOLU
Tujuan : untuk mengetahui salah satu penerapan konsep koloid dalam
pembuatan cake
Hari/tanggal : jum’at/23 septemper 2016
Tempat          : riska house
A.   DASAR TEORI
·         Pengertian Koloid
System koloid adalah suatu bentuk campuran  yang keaadaannya terletak antara larutan dan suspensi
·         Penggolongan koloid
Koloid dapat digolongkan berdasarkan partikelnya, interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid
a.      Bentuk partikel
-          Lembaran (laminar)
-          Serat (fibrilar)
-          Butiran (korpuskular)
b.      Cara pembuatannya
-          Koloid disperi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran partikel partikel kecil yang tidak larut dalam medium(fase pendispersi) dengan membentuk agregat agregat molekul atau atom yang sangat banyak.
-          Koloid asosiasi, yaitu koloid yang dibentuk dari gabungan molekul kecil , atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat agregat molekul yang disebut misel.
-          Koloid makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat besar.
c.       Interaksi dengan medium
-          Koloid irofil, yaitu koloid  yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sullit dipisahkan
-          Kolid irofod, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya sehingga cenderung memisaah (tidak  stabil)  
d.      Perubahan bentuk
-          Koloid  riversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula sebaliknya. Contoh susu bubuk
-          Koloid irreversible, yaitu kolid yang setelah berubah menjadi bukan koloid  tidak dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang
·         Pembuatan koloid
1.      Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari larutan menjadi koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia yaitu redoks, reaksi hidrolis, dekomposisi rangkap, dan pergantian larutan
2.      Disperse adalah pembuatan koloid dari partikel kasar (suspensi) . pembuatan koloid dengan disperse meliputi cara mekanik, peptisasi, busur bredig, dan ultrasonic.
·         Pemanfaatan koloid dalam kehidupan sehari-hari
a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkansifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel  bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol  getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah  karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain,  misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.
c. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa  koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air  dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan  secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang  dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak  terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada  dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini  memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid  tidak dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada  tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,     besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan  pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada  tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada  tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).

e.  Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
f. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
g. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
h. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air  sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air



B.      ALAT DAN BAHAN
1.      ALAT:
-          Loyal
-          Mixer
-          Kompor
-          Sendok
-          Baskom
-          gelas
  


2.      BAHAN
-          Tepung terigu segelas
-          Telur 4
-          Gula ¼
-          Vanili
-          Sp
-          Coklat
-          Mentega putih
-          Toping
-          Blueband
-          Pisau
-          mangkok

C.      CARA KERJA
Membuat adonan
1.      Menyiapkan bahan dan alat
2.      Campurkan gula ¼, telur, sp, vanili
3.      Aduk dengan mixer sampai adonan mengembang
4.      Campurkan 1 sendok mentega cair dan tepung pada adonan kemudian masukkan ke loyal yang telah dioleskan mentega
5.      Setelah itu bakar

Membuat krim
1.      Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan
2.      Campurkan gula halus segelas dengan mentega putih segelas lalu dimixer



D.     HASIL PENGAMATAN

NO
FOTO
KETERANGAN
1




Mempersiapkan bahan bahan membuat kue

2




Mencampurkan telur gula vanili dan sp

3






Mengaduk adonan dengan mixer

4





Mencampurkan 1 sendok mentega cair dan tepung pada adonan

5



Mengoleskan mentega ke loyal

6





Memasukkan adonan ke loyal

7





Mengiris coklat

8

membakar adonan

9



setelah matang adonan
10



Membuat krim dengan mencampurkan gula dan mentega











Mengaduk dengan mixer








11



Hasil adonan

11



Hasil setelah dioleskan krim dan ditaburi topping

12




Dan inilah hasilnya











E.      PEMBAHASAN


Dari hasil pengamatan kami kue yang dibikin cukup memuaskan, dengan textur yang lembut  selama takarannya pas.
jika takarannya  kurang atau saat mengaduk adonan terlalu lambat maka hasil adonan saat dibakar tidak terlalu mengembang.

Pada proses pencampuran adonan , terjadi perubahan sebagian dari pati menjadi gula. Cake yang memiliki bentuk padat dan mempunyai pori-pori kecil yang ternyata merupakan salah satu jenis koloid yaitu busa padat.
Busa padat adalah sistem koloid dengan fase terdisfersi gas dan dengan medium pendisfersi zat padat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya protein dari tepung yang kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung – gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.

Karena cara pembuatan cake sudah dikenal pada umumnya, jadi kami sama sekali tidak menemukan sedikitpun kegagalan didalam percobaan koloid ini.
F.       KESIMPULAN
Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1.      cara pembuatan cake adalah dengan menggunakan cara dispersi. Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
2.      Cake memiliki bentuk padat dan mempunyai pori pori kecil yang ternyata merupakan salah satu jenis koloid yaitu busa padat. Busa padat adalah sistem koloid dengan fase terdisfersi gas dan dengan medium pendisfersi zat padat.
3.      Krim cake merupakan koloid jenis emulsi. Emulsi adalah sistem koloid dengan fase terdisfersi cair dan dengan medium pendisfersi zat cair.
4.      Putih telur yang dikocok pada pembuatan cake tersebut merupakan koloid yang dibentuk oleh fase terdisfersinya gas dalam medium pendisfersinya cair, yang disebut dengan buih atau busa.


G.     DAFTAR PUSTAKA


2 komentar: