PRAKTIKUM KOLOID PADA CAKE
Disusun Oleh
XII MULTIMEDIA
Nama kelompok 3 :
·
Riska
Sulastri
·
Habibatul
Islamiah
·
Yuliana
·
Khiki
Iqroatul Karomah
·
M.
Sahrul Hamdan
·
Hairil
·
Saepul Bahri
SMK NEGERI 1 BATUKLIANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT
PRAKTIK
KOLOID PADA CAKE BOLU
Tujuan : untuk mengetahui salah satu penerapan konsep
koloid dalam
pembuatan
cake
Hari/tanggal : jum’at/23 septemper 2016
Tempat
: riska house
A. DASAR TEORI
·
Pengertian Koloid
System koloid adalah suatu bentuk campuran yang keaadaannya terletak antara larutan dan
suspensi
·
Penggolongan koloid
Koloid dapat digolongkan berdasarkan partikelnya, interaksi
antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid
a. Bentuk partikel
-
Lembaran (laminar)
-
Serat (fibrilar)
-
Butiran (korpuskular)
b. Cara pembuatannya
-
Koloid disperi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran
partikel partikel kecil yang tidak larut dalam medium(fase pendispersi) dengan
membentuk agregat agregat molekul atau atom yang sangat banyak.
-
Koloid asosiasi, yaitu koloid yang dibentuk dari gabungan
molekul kecil , atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk
agregat agregat molekul yang disebut misel.
-
Koloid makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul
tunggal yang sangat besar.
c. Interaksi dengan medium
-
Koloid irofil, yaitu koloid
yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga
sullit dipisahkan
-
Kolid irofod, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap
medium pendispersinya sehingga cenderung memisaah (tidak stabil)
d. Perubahan bentuk
-
Koloid riversibel,
yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula sebaliknya.
Contoh susu bubuk
-
Koloid irreversible, yaitu kolid yang setelah berubah menjadi
bukan koloid tidak dapat menjadi koloid
kembali. Contoh: sel belerang
·
Pembuatan koloid
1. Kondensasi adalah cara
pembuatan koloid dari larutan menjadi koloid. Proses kondensasi ini didasarkan
atas reaksi kimia yaitu redoks, reaksi hidrolis, dekomposisi rangkap, dan
pergantian larutan
2. Disperse adalah pembuatan koloid
dari partikel kasar (suspensi) . pembuatan koloid dengan disperse meliputi cara
mekanik, peptisasi, busur bredig, dan ultrasonic.
·
Pemanfaatan koloid dalam
kehidupan sehari-hari
a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel
berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel.
Prinsip kerja alat ini memanfaatkansifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang
dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum
meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan
bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung
yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan
diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya,
partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang
lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan,
yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu
yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon
karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat
dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar
(polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam
sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus
dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet
digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut
sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan
lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak
digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk
menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3.
Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks
dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.
tidak menggumpal.
c. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan
partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan
dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya
tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan
prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah
penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian
dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu
dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari mata air seperti
sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari.
Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat
dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang
dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan
air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring
bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air
belum diolah), namun pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap
pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai
benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat
yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid tidak dapat
diendapkan dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar
terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan.
Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,
besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian
koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk
menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara
5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa
besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada tahap ketiga, air yang
telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-benda koloid yang
telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air
tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih
terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan
diberi sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri
diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).
e. Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium
klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam
keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga
keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
f. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut
dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum.
Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
g. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik
kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk
itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
h. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan
dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun
atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan
mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau
minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air
B.
ALAT DAN BAHAN
1.
ALAT:
-
Loyal
-
Mixer
-
Kompor
-
Sendok
-
Baskom
-
gelas
2.
BAHAN
-
Tepung terigu segelas
-
Telur 4
-
Gula ¼
-
Vanili
-
Sp
-
Coklat
-
Mentega putih
-
Toping
-
Blueband
-
Pisau
-
mangkok
C.
CARA KERJA
Membuat adonan
1. Menyiapkan bahan
dan alat
2. Campurkan gula ¼, telur,
sp, vanili
3. Aduk dengan mixer sampai
adonan mengembang
4. Campurkan 1 sendok mentega
cair dan tepung pada adonan kemudian masukkan ke loyal yang telah dioleskan
mentega
5. Setelah itu bakar
Membuat krim
1. Menyiapkan bahan
dan alat yang digunakan
2. Campurkan gula halus
segelas dengan mentega putih segelas lalu dimixer
D.
HASIL PENGAMATAN
NO
|
FOTO
|
KETERANGAN
|
1
|
Mempersiapkan bahan bahan membuat kue
|
|
2
|
Mencampurkan telur gula vanili dan sp
|
|
3
|
|
Mengaduk adonan dengan mixer
|
4
|
Mencampurkan 1 sendok mentega cair dan tepung pada adonan
|
|
5
|
|
Mengoleskan mentega ke loyal
|
6
|
Memasukkan adonan ke loyal
|
|
7
|
Mengiris coklat
|
|
8
|
membakar adonan
|
|
9
|
setelah matang adonan
|
|
10
|
Membuat krim dengan mencampurkan gula dan mentega
Mengaduk dengan mixer
|
|
11
|
|
Hasil adonan
|
11
|
Hasil setelah dioleskan krim dan ditaburi topping
|
|
12
|
![]() |
Dan inilah hasilnya
|
E.
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan kami kue yang dibikin cukup
memuaskan, dengan textur yang lembut
selama takarannya pas.
jika takarannya
kurang atau saat mengaduk adonan terlalu lambat maka hasil adonan saat
dibakar tidak terlalu mengembang.
Pada proses pencampuran adonan , terjadi
perubahan sebagian dari pati menjadi gula. Cake yang memiliki bentuk padat dan
mempunyai pori-pori kecil yang ternyata merupakan salah satu jenis koloid yaitu
busa padat.
Busa padat adalah sistem koloid dengan
fase terdisfersi gas dan dengan medium pendisfersi zat padat. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya protein dari tepung yang kemudian akan membentuk lapisan
tipis mengelilingi gelembung – gelembung karbondioksida untuk membentuk buih
padat.
Karena cara pembuatan cake sudah dikenal
pada umumnya, jadi kami sama sekali tidak menemukan sedikitpun kegagalan
didalam percobaan koloid ini.
F.
KESIMPULAN
Dari percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa :
1.
cara pembuatan
cake adalah dengan menggunakan cara dispersi. Dispersi adalah pembuatan
partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
2.
Cake memiliki
bentuk padat dan mempunyai pori pori kecil yang ternyata merupakan salah satu
jenis koloid yaitu busa padat. Busa padat adalah sistem koloid dengan fase terdisfersi
gas dan dengan medium pendisfersi zat padat.
3.
Krim cake
merupakan koloid jenis emulsi. Emulsi adalah sistem koloid dengan fase
terdisfersi cair dan dengan medium pendisfersi zat cair.
4.
Putih telur yang
dikocok pada pembuatan cake tersebut merupakan koloid yang dibentuk oleh fase
terdisfersinya gas dalam medium pendisfersinya cair, yang disebut dengan buih
atau busa.
G.
DAFTAR PUSTAKA
thanks ya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus